Berat Melawan Penjajah, Akan Lebih Berat Melawan Penjajah Bangsa Sendiri

(Poto hanya pelengkap artikel)

Pagi itu saya melihat Seorang lelaki tua duduk di kursi tua di teras rumah nya, seakan ada yang mengisyaratkan saya untuk mendekatinya, tanpa berkata apa-apa saya dekati orang tua itu tanpa saya sapa, namun seakan tau dengan kehadiran saya dia langsung berkata, “Hari ini angin menisik teras rumah. Di atas gemerisik atap, cahaya kuning pucat, tenang dan sengat. Bersinar-sinar melalui daun daun. Suara-suara yang mendayu tepian bukit. Embusannya lembut membawa aroma bunga. Segar dengan embun yang jatuh. Ini hari jadi seluruh negeri.” Ucapnya seakan menunjukkan sesuatu kepada saya,

Sinar Surya 17 Agustus pagi mulai memancarkan cahaya terang dan mengeluarkan hawa panas pagi yang amat segar, Sementara orang tua itu tetap duduk di kursi tua sambil berkata seraya benar-benar tau kalau sedari tadi saya sudah berada di dekat kursi beliau “Dan di bawah jendela halaman rumah ini, berkilauan cahaya kehijauan seperti permadani. Kelompok bunga bermekaran. Kecipak ikan semarak di kolam. Kepak kupu kupu mendebarkan dada, kesemuanya juga tau kalau hari ini hari jadi ke 77 tahun negeri ini” papar orang itu

Saya tersenyum saja, hanya bisa tersenyum dan mengiyakan ucapan nya seraya memberi tanda kalau sedari tadi saya sudah mendengar apa yang dia ucapkan,

“Oh, malam itu indah sekali, langit kesumba namun rawan menakutkan. Jari-jariku bergetar menyentuh pelatuk senapan tua. Dadaku meruang altar doa. Berdetak dan kebas mengucap segala doa dan duka merupa. Setiap kata mengetuk janji suci pada negeri juga perjuangan diri, bukan satu atau dua nyawa rekan sejawat yang hilang, namun 70% dari kami tak mampu lagi mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga tercinta, apalagi menyaksikan pengibaran sang pusaka,” keluhnya bagai baca puisi,

Baca Juga:  Dengan Pendekatan Persuasif, Polsek Sanga Desa Tutup 19 Depot Ilegal Refinery

Seorang tua duduk di kursi tua mulai berteriak, “Aku terbangun dalam kesakitan, wajah-wajah luka ada di semua mata. Datang berkerumun ribuan gugur bunga. Katanya mati satu tumbuh seribu. Tapi udara penuh bau darah dan mesiu, menuntut mati satu tumbuh beribu-ribu.”

Saya tersenyum saja, hanya bisa tersenyum dan mengiyakan sekali kali menyekah air mata kakek tua yang ternyata hanya bisa mendengar namun tak bisa melihat lagi,

Seorang tua duduk di kursi tua mulai berteriak teramat kencang, “Aku tahu yang aku dengar, kita merdeka! Indonesia telah merdeka! Gema bahagia membilas duka buritan masa. Oh, merdeka milik siapa? Milik kalian semua. Tapi aku juga akan kibarkan benderaku di dalam hati-bendera hati tinggi -tinggi. Kemerdekaanku sendiri merdeka sendiri sampai mati.” Lanjut nya,

Lagi-lagi saya masih tersenyum saja, hanya bisa tersenyum dan mengiyakan, meskipun dalam relung hati yang paling dalam saya merasakan apa yang orang tua itu rasakan dalam hatinya,

Orang tua yang duduk di kursi itu tersenyum dan berbisik lirih, “Lihat, lihat itu, bendera yang berkibar di halaman rumah ini berusia 77 tahun,” jari tuanya menunjuk ke arah halaman depan seakan dia hapal kalau di arah sana ada kantor dimana orang-orang lagi berkumpul akan menggelar upacara pengibaran bendera,

Saya tersenyum saja, walaupun sebenarnya saya tau kalau Kedua mata pejuang tua itu buta sejak 77 tahun yang lalu, ketika sebuah granat meledak di dekatnya menghancurkan dan meluluhlantakan semua di sekitarnya,

Apa yang telah dikatakannya, aku belajar perihal negeri ini. Jauh lebih banyak, dari semua yang aku dapat sejak masa kanak -kanak, ternyata mereka benar, perjuangan mereka sangat berat melawan penjajah yang hendak menguasai negeri ini, namun sedikit bisikan yang dia sampaikan tak kalah benarnya bahwa anak cucunya akan lebih berat lagi berjuang melawan penjajah bangsa sendiri yang tak punya ciri khas,

Baca Juga:  Jadi Pertanyaan: Pelaku Penganiayaan Seorang Wanita di Lahat Belum Ditangkap

Artikel ini di kutip dari postingan Mahesa Jenar, di edit oleh tim kreatif Terselubung.co.id pada 17 Agustus 2022.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *